PENDEFINISIAN SISTEM KOORDINAT PENGUKURAN
Sistem koordinat tambang dalam tahapan eksplorasi dan eksploitasi menjadi salam satu yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan penambangan. Pemilihan dan penentuan system koordinat dalam penambangan akan menghasilkan:
- Muka peta penambangan yang lebih mudah dan simple dalam hal kartografi peta tambang.
- Efisiensi dalam data penyimpanan data survey dan data geologi
- Keamanan dalam penyimpanan data tambang karena sifat koordinat tambang adalah eksklusif
- Efisiensi dalam pencetakan peta penambangan karena dengan muka peta yang tidak maksimal dan pencetakan peta penambangan yang berulang akan membuat pemborosan dalam pencetakan peta tambang.
Surveyor dalam menentukan system koordinat tambang perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Arah dan sebarang cadangan tambang, sehingga muka peta tambang dapat bisa efektif dalam pencetakkannya.
- Sumber cadangan yang sama, dibuat dalam satu koordinat yang sama, misal dalam penambangan kelompok seam batubara yang sama, dibuat dalam satu system koordinat yang sama.
- Transformasi dengan system koordinat global (baik titik control dan transformasinya)
- Rencana design tambang, design waste dump dan rencana insfrastruktur secara kasar sebelum dilakukan FS
- Jumlah site tambang yang akan di buka dan transformasi koordinat antar site.
- Kesatuan kegiatan dalam setiap site dalam satu system koordinat yang sama (misalnya, area waste dump dan infrastruktur tambang harus dalam satu koordinat dengan site penambangan)
Perlu diketahui , dalam kegiatan eksplorasi dan penyelidikan umum, dapat digunakan dahulu system koordinat global, setelah dilakukan investigasi sebarang cadangan dan kegiatan FS, surveyor dapat menentukan system koordinat masing masing site agar muka peta masing masing tambang dapat efektif atau disebut dengan system koordinat lokal.
Dalam penyelidikan umum oleh team geologi, system koordinat masih menggunakan system koordinat global yang sesuai dengan peta dasar pemetaan yang sudah ada (jika di Indonesia adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan koordinasi Survey dan PEmetaan nasional). Namun saat dilakukan eksplorasi detil dengan kegiatan pengeboran, surveyor harus mulai membuat design untuk survey dan pemetaan kawasan, khususnya untuk kegiatan survey Topografi dan survey untuk geologi. Survey geology dalam eksplorasi antara lain; menentukan posisi titik bore (istilah dalam kegiatan survey adalah stake) out)dan melakukukan survey kembali titik bore seteleah di bore.
Dalam melakukan design untuk survey pemetaan kawasan. Survey harus menentukan jaringan titik control yang akan digunakan untuk survey-survey geologi.
Dalam menentukan design jarring titik control, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh surveyor:
- Luas area pemetaan (sebarang cadangan tambang dan rencana infrastruktur.
- Ketersediaan titik control
- Metode pengukuran dan alat yang akan digunakan untuk melakukan titik kontrol
- Ketelitian jaringan yang diharapkan untuk hasil akhir ketelitian peta dan penggunaan jarring pengukuran.
- Metode pemetaan yang dilakukan setelah jarring titik control tersedia, (terrestrial suvey, GPS survey, Laser/lidar survey).
Dalam melakukan design jaringan untuk pemetaan, maka harus menaati prinsip dan kaidah pengukuran titik control, yaitu.
- Jaringan titik control harus mencakup seluruh pemetaan
- Jaring titik control yang mencakup seluruh area pemetaan adalah jarring dengan orde paling tinggi.
- Jaring titik control untuk pengukuran area yang lebih kecil dan spesifik adalah jaringin titik kontol yang paling rendah
- Jaring titik control yang lebih tinggi mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan pengukurannya menggunakan alat yang lebih teliti.
- Jaringin pengukuran yang lebih rendah harus diikatkan pada jarring titik control yang lebih tinggi (bukan satu derajat ketelitian)
- Pelaksaan pemetaan / pengukuran detil dapat menggunakan orde yang lebih tinggi sebagai titik ikat pengukuran (titik station).
Karena dalam pengukuran dan design jarring titik control kita harus memperhatian ketelitian jaringan yang dikaitkan dengan ketelitian hasil akhir peta dan pengunaan jarring pengukuran, maka pemilihan alat dan metode menjadi sangat penting. Misal pengukuran jaring titik control untuk kegiatan pemetaan topografi (ketelitian frasksi centimeter) akan berbeda dengan jaring pengukuran untuk kegiatan konstruksi bangunan (ketelitian fraksi millimeter).
Metode pengukuran dan akurasi yang biasa digunakan ditambang dapat dilihat dalam table dibawah ini. Luasan area pemetaan akan menentukan jumlah dan model jaringan titik control. Semakin luas area yang akan di petakan, maka semakin banyak titik control yang akan di pasang untuk pemetaan. Berikut perkiraan pemasangan titik yang dihubungkan dengan rencana penggunaan aplikasi survey setelahnya:
Penggunaan | Orde | Jarak Antar Titik | Metode | Alat |
Titik Kontrol Utama Pemetaan tambang | 1 | 5 km | GPS Statik Survey | GPS Statik |
Titik Kontrol Utama Pemetaan tambang | 2 | 2 km | Terestris – Levelling | Total Station & Waterpass |
Titik Kontrol Utama Pemetaan tambang | 3 | 500 m dengan 50 m pasangan | Terestris | Total Station |
Titk Kontrol untuk Jaring Pemetaan wahana udara (LIDAR- Geomagnet- Gravimetri Dll | 1 | 10 km | GPS statik | GPS |
Survey Geology dengan GPS RTK | 1 | 5 km | GPS Statik | GPS |
Base Station GPS | 1 | 10 km | GPS Statik | GPS |
Titik Kontrol untuk Site calibration GPS | 2 | 2 km | GPS Statik & Terestris – Levelling | GPS & Total Station & Waterpass |
Survey bathimetri / Hidrografi | 1 | 10 Km | GPS Statik | GPS |
bang, bgmn cara mengkonversi koordinat lokal ke utm global. mohon petunjuknya. tolong jwbannya dikirimkan ke emailku. furqaans.bachri@rocketmail.com
BalasHapus